Jumat, 06 Juli 2018

LAPORAN PRAKTIKUM LIMBAH INDUSTRI DAN PRODUKSI BERSIH


Laporan praktikum
MATA KULIAH          : LIMBAH INDUSTRI DAN PRODUKSI                                             BERSIH
MODUL              : PARAMETER KUALITAS LIMBAH
DOSEN               : A. ITA JUWITA M.SI
TEKNISI             : 1. SAHRIAWATI, S.Pi
                               2. SURIATI , S.Pt
                                3. SATRIANTI , A.Md.Pi




OLEH KELOMPOK B1 :

HASNI
HERAWATI (015)
INDILA ARINI
IRMAWATI
ILHAM
HASRIATI
HUZARI BABA
HASLINA B
HASRIN



PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI D-IV
JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2017

KATA PENGANTAR

            Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan Rahmat, Taufiq, dan HidayahNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan  Laporan ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah pada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, beserta kerabat, sahabat dan seluruh pengikut beliau hingga akhir zaman.
            Tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada  dosen pembimbing mata kuliah Limbah Industri dan Produksi Bersih yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi dalam menyelesaikan makalah ini dan terima kasih kepada semua teman-teman yang telah membantu penyusun dalam menyelesaikan Laporan ini.
            Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Laporan ini masih banyak  kekurangan, dan masih jauh dari sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan  kemampuan dan waktu. Oleh sebab itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga Laporaini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Aamin

                                                                                    Mandalle, 23 Oktober 2017

Penulis
 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR  ISI................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum............................................................................. 1
II.  TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 2
2.1 Limbah Cair...................................................................................... 2
2.2 Parameter Limbah Cair..................................................................... 3
2.3 Dampak pembuangan Air Limbah................................................... 7
III. METODOLOGI........................................................................................ 8
3.1  Waktu Dan Tempat......................................................................... 8
3.2  Alat Dan Bahan............................................................................... 8
3.3  Prosedur Kerja................................................................................. 8
IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 11
4.1 Hasil................................................................................................. 11
4.2 Pembahasan...................................................................................... 11
V.  PENUTUP.................................................................................................. 21
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 21
5.2 Saran................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16
LAMPIRAN..................................................................................................... 17

 BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Limbah adalah sisa atau buangan dari suatu usaha dan atau kegiatan manusia. Pada konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia. Tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah itu sendiri. Limbah tidak mempunyai nilai ekonomis, karena itu limbah dibuang. Keseimbangan lingkungan menjadi terganggu jika jumlah hasil buangan tersebut melebihi ambang batas.
Limbah yang mengandung bahan pencemar akan mengubah kualitas lingkungan, bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada padanya. Oleh karena itu sangat perlu diketahui sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang terkandung di dalam limbah tersebut.
Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan pencemar   yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi, yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran, perumahan, dan perdagangan), dan sumber industri.
            Limbah yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan biasanya menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan jika jumlahnya telah melebihi ambang batas. Untuk itu pada praktikum ini kami akan melakukan pengujian COD, BOD, TDS dan TSS pada limbah cair yang dihasilkan oleh limbah rumah tangga dan pabrik.

1.2  Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu Untuk mengetahui analisa pengujian COD (Chemical Oxygen Demand) , BOD (Biological Oxygen Demand), TSS (Zat Padat Tersuspensi) dan TDS (Zat Padat Terlarut),  pada air limbah peggilingan beras.  

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Limbah Cair
Limbah Cair atau air limbah adalah air yang bercampur zat padat (dissolved dan suspended) yang berasal dari kegiatan rumah tangga, pertanian, perdagangan dan industri. Oleh karena itu, dipastikan bahwa air buangan atau air limbah industri bisa menjadi salah satu penyebab air tercemar jika tidak diolah sebelum dibuang ke badan air.
            Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain :
a. Rumah tangga
Contoh : air bekas cucian, air bekas memasak, air bekas mandi, dan sebagainya.
b. Perkotaan
Contoh : air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari tempat-tempat ibadah.
c. Industri
Contoh : air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat dan pabrik karet.
           Air limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik sehingga memudahkan di dalam pengolahannya. Sebaliknya, limbah industri lebih sulit pengolahannya karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat-zat organik yang bersifat toksik.
            Volume air limbah yang dihasilkan pada suatu masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a.    Kebiasaan manusia
Makin banyak orang menggunakan air, makin banyak air limbah yang dihasilkan.
b.    Penggunaan sistem pembuangan kombinasi atau terpisah
Pada sistem kombinasi, volume air limbah bervariasi dari 80-100 galon atau lebih per kapita, sedangkan pada sistem terpisah volume limbah mencapai rata-rata 25-50 galon per kapita.
c.    Waktu
Air limbah tidak mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi bergantung pada waktu dalam sehari dan musim. Di pagi hari, manusia cenderung menggunakan air yang menyebabkan air limbah semakin banyak, sedangkan di tengah hari volumenya lebih sedikit, dan di malam hari agak meningkat lagi.
           Komposisi air limbah sebagian besar terdiri dari air (99,9 %) dan sisanya terdiri dari partikel-partikel padat terlarut (dissolved solid) dan tersuspensi (suspended solid) sebesar 0,1 %.

2.2 Parameter Kualitas Limbah Cair 
2.2.1 Dissolved  Oxygen  (DO)
              Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air. Kebutuhan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemampuan air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk kehidupannya. Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan oksigen tertinggi kemudian invertebrata dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri. Biota air hangat memerlukan oksigen terlarut minimal 5 ppm sedangkan biota air dengan memerlukan oksigen terlarut mendekati jenuh. Konsentrasi oksigen terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak lebih kurang dari 6 ppm.
Oksigen terlarut (dissolved oxygen) dapat berasal dari fotosintesis tanaman air, di mana jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya dan dari atmosfer (udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari  suhu dan tekanan atmosfer. Suhu 20 0C dengan tekanan satu atmosfer konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh adalah 9,2 ppm sedangkan pada suhu 50 0C dengan tekanan atmosfer yang sama tingkat kejenuhannya hanya 5,6 ppm. Semakin tinggi susut air semakin rendah tingkat kejenuhannya, misalnya danau di pegunungan yang tinggi mungkin mengandung oksigen terlarut 20-40 persen kurang daripada danau pada permukaan laut.

2.2.2 Chemical  Oxygen  Demand (COD) 
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia. Angka COD yang tinggi, mengindikasikan semakin besar tingkat pencemaran yang terjadi. Perairan yang memiliki nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat lebih dari 200 mg/L.
Jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang lebih cepat dari pada BOD yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji tersebut disebut uji COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium dokromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air. Uji COD biasanya menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi daripada uji BOD karena bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologis dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dengan uji COD.
2.2.3 Biological Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB)  (Biological Oxygen Demand, disingkat BOD) adalah analisis empiris untuk mengukur proses-proses biologis (khususnya aktivitas mikroorganisme yang berlangsung di dalam air. Nilai KOB merupakan suatu pendekatan umum yang menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi di dalam air. Di dalam pemantauan kualitas air, KOB merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat pencemaran air. Pengukuran parameter ini dapat dilakukan pada air minum maupun air buangan.
Elemen biologi dalam sistem perairan berkaitan erat dengan komponen-komponen kimia. Pengetahuan mengenai komponen primer sangat penting untuk menganalisis elemen biologis dan menganalisis efek dari perubahan kualitas air. Komponen-komponen kimia dalam perairan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang disebut zat-zat organik yang terdiri dari atas senyawa-senyawa organik alam dan senyawa-senyawa organik sintetis, bahan-bahan anorganik dan gas.
Kebutuhan oksigen Biologi (KOB) adalah ukuran kandungan bahan organik dalam limbah air cair. KOB ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang diserap oleh sampel limbah cair akibat adanya mikroorganisme selama satu periode waktu tertentu, biasanya 5 hari, pada saat temperatur tertentu umumnya 20 0C. BOD merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair. BOD juga merupakan petunjuk dari pengaruh yang diperkirakan terjadi pada badan air penerima berkaitan dengan pengurangan kandungan oksigennya. Secara umum derajat pengolahan yang dicapai oleh bangunan pengolahan harus dipilih sedemikian rupa sehingga BOD efluen tidak akan menurunkan derajat kandungan oksigen sampai tingkat tertentu pada badan air penerima agar badan air dapat tetap berfungsi sesuai peruntukannya
Uji BOD mempunyai beberapa kelemahan diantaranya adalah:
1.    Dalam uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan anornaik atau bahan-bahan tereduksi lainnya yang disebut juga “Intermediate Oxygen Demand”.
2.    Uji BOD memerlukan waktu yang cukup lama yaitu minimal lima hari.
3.    Uji BOD yang dilakukan selama 5 hari masih belum dapat menunjukkan nilai total BOD melainkan hanya kira-kira 68 persen dari total BOD.
4.    Uji BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air tersebut, misalnya adanya germisida seperti khlorin dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil uji BOD menjadi kurang teliti.

2.2.4 TDS (Total Dissolve Solid)
TDS (Total Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan definisi di atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter). Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, dan pembuatan air mineral. Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan, dan makanan (Misnani, 2010).
           Total padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian.
Banyak zat terlarut yang tidak diinginkan dalam air. Mineral, gas, zat organik yang terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa dan bau yang secara estetis tidak menyenangkan. Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun, dan beberapa zat organik terlarut bersifat karsinogen. Cukup sering, dua atau lebih zat terlarut khususnya zat terlarut dan anggota golongan halogen akan bergabung membentuk senyawa yang bersifat lebih dapat diterima daripada bentuk tunggalnya (Misnani, 2010).

2.2.5 TSS (Total suspended Solid) 
Zat Padat Tersuspensi (TSS) adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution,M.I,2008).
Zat Padat Tersuspensi dapat bersifat organis dan inorganis. Zat Padat Tersuspensi dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara lain zat padat terapung yang selalu bersifat organis dan zat padat terendap yang dapat bersifat organis dan inorganis. Jumlah padatan tersuspensi dapat dihitung menggunakan Gravimetri, padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke dalam air sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis (Misnani, 2010).
Material tersuspensi mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas badan air karena dapat menurunkan kejernihan air dan dapat mempengaruhi kemampuan ikan untuk melihat dan menangkap makanan serta menghalangi sinar matahari masuk ke dalam air. Endapan tersuspensi dapat juga menyumbat insang ikan, mencegah telur berkembang. Ketika suspended solid tenang di dasar badan air, dapat menyembunyikan telur dan terjadi pendangkalan pada badan air sehingga memerlukan pengerukan yang memerlukan biaya operasional tinggi. Kandungan TSS dalam badan air sering menunjukan konsentrasi yang lebih tinggi pada bakteri, nutrien, pestisida, logam didalam air (Margareth, 2009).

2.3  Dampak Pembuangan Air Limbah
Air limbah yang tidak menjalani pengolahan yang benar tentunya dapat menimbulkan dampak yang tidak di inginkan. Dampak tersebut, antara lain :
1.    Kontaminasi dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang digunakan oleh manusia.
2.    Mengganggu kehidupan dalam air, mematikan hewan dan tumbuhan air.
3.    Menimbulkan bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerogi dan zat anorganik)
4.    Menghasilkan lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga terjadi penyumbatan yang dapat menimbulkan banjir.



BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal               : Rabu/ 16 Oktober 2017
Waktu                                     : 07.30 – Selesai
Tempat                        : Laboratorim Biokimia Politeknik Pertanian Negeri   Pangkep.

3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini pada uji analisa COD (Chemical Oxygen Demand), BOD (Biological Oxygen Demand), TSS (Zat Padat Terlarut) dan TDS (Zat Padat Tersuspensi) adalah Erlemeyer Asah, Pipet Skala, Penangas Air, Corong, Cawan porselin atau cawan penguap, Oven, dan Neraca analitik.
Bahan utama yang digunakan adalah air limbah penggilingan beras. Sedangkan Bahan kimia yang digunakan untuk analisa COD (Chemical Oxygen Demand) adalah K2Cr2O7 0,025 N, Ferro Amonium Sulfat 0,01 N, Indikator Ferroin, Asam Sulfat (p).
Bahan kimia yang digunakan untuk analisa BOD (Biological Oxygen Demand) adalah KMnO4 0,01 N, H2C2O4  0,01 N, dan H2SO4 1:4. Dan Bahan  yang digunakan untuk analisa TDS (Zat Padat Terlarut) dan TSS (Zat Padat Tersuspensi) adalah Kertas saring. 

3.3  Prosedur Kerja
3.3.1        Analisa COD (Chemical Oxygen Demand)
-        Pipet 10 ml contoh ke dalam erlemeyer asah,kemudian tambahkan 5 ml K2Cr2O7 0,025 N lalu 15 ml asam sulfat (p) dalam ruangan asam, tutup erlenmayer dan biarkan selama 30 menit.
-        Encerkan dengan aquadest 7,5 ml kemudian tetesi 2-3 tetes indikator ferroin lalu titar dengan Ferri Amonium Sulfat. Catat penggunaan FAS dan buat blanko.

3.3.2        Analisa BOD (Biochemical Oxygen Demand)
-        Dipipet 25 nl contoh ke dalam erlenmeyer lalu di tambahkan dengan 5 ml asam sulfat 1:4 ml KMnO4 0,01 N lalu panaskan selama 10 menit (70 0C).
-        Tambahkan asam oksalat sampai warna merah hilang setelah itu dititar dalam keadaan panas dengan KMnO4 0,01 N sampai berwarna merah muda timbul.

3.3.3        Penentuan Zat Padat Terlarut (TDS) dan Zat Padat Tersuspensi (TSS)
-        Sampel dikocok hingga homogen dan dipipet sebanyak 100 ml
-        Dan dilakukan penyaringan menggunakan corong gelas
-        Sampel yang lolos dari kertas saringdituangkan ke dalam gelaskimia
-        Selanjutnya, cawan yangberisi sampel tersebut diuapkan dan dikeringkandalam oven pada suhu 105 0C sampaisemua air menguap
-        Setelah itu cawan dikeluarkan dari oven menggunakan penjepit cawan untuk di dinginkan dalam desikator dan ditimbang segera dengan neraca analitik hingga di peroleh berat konstan.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Hasil
Tabel : Data Analisa Pengukuran COD, DO, BOD, TDS, dan TSS pada             Limbah Cair
No
Sampel
COD
DO
BOD
TDS
TSS
0 Hari
5 Hari
1
Limbah Penggilingan Air Beras
39,2 ppm
7,6 ppm
6,4 ppm
1,2 ppm
1.086 ppm
1.287 ppm
2
Limbah Air Kepiting
39,2  ppm
8,2 ppm
6,0 ppm
2,2 ppm
5.168 ppm
750 ppm
3
Limbah Air Bakso
11,2  ppm
6,1 ppm
4,2 ppm
1,9 ppm
1.726 ppm
1.313 ppm
4
Limbah Air Tahu
8,8  ppm
7,3 ppm
6,7 ppm
0,6 ppm
1.695 ppm
5.963 ppm

4.2    Pembahasan
            Pada Praktikum ini dilakukan pengujian COD (Chemical Demand Oxygen), BOD (Biological Oxygen Demand), TDS (Total Padatan Terlarut) dan TSS (Total Padatan Tersuspensi) pada air limbah. Sampel yang dipakai berasal dari hasil industri sekitar yaitu limbah penggilingan air beras.  

4.2.1   COD (Chemical Oxygen Demand)
Pada pengujian COD dengan menggunakan sampel air limbah penggilingan beras. Perlakuan awal yang dilakukan yaitu memasukkan sampel ke dalam erlenmeyar, kemudian menambahkan 5 ml K2Cr2O7 sehingga menghasilkan warna hijau. Selanjutnya ditambahkan 15 ml asam sulfat dan disimpan dalam ruang asam selama 30 menit kemudian diencerkan dengan aquadest 7,5 ml sampai menghasilkan warna hijau kemudian ditetesi indikator feroin sampai air sampel berubah menjadi warna coklat merah. Kemudian dititrasi dengan ferri amonium sulfat hingga berubah warna menjadi merah muda. Titrasi dilakukan dalam keadaan panas karena pemanasan berfungsi untuk mempercepat reaksi titrasi. Dari hasil perhitungan diperleh jumlah COD pada sampel sebesar  39,2 ml.  
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diperoleh  COD sebesar 39,2 ppm. Bila merujuk pada standar nilai COD yang tidak tercemar yang nilainya kurang dari 29 mg/l atau 29 ppm (UNISCO/WHO/UNEP. 1992). Dari hasil ini dapat diketahui bahwa kandungan COD pada air limbah penggilingan air beras masih aman karna belum melebihi nilai standar pencemaran air, dan masih berdampak positif untuk lingkungan.

4.2.2        BOD (Biological Oxygen Demand)
Pada praktikum ini untuk mengetahui jumlah BOD pada sampel yaitu dengan menentukan DO terlebih dahulu. Pengukuran DO dilakukan dengan menggunakan DO meter (Metode Winkler). Pengukuran DO dilakukan 2 kali yaitu DO 0 hari dan DO 5 hari, hal tersebut dilakukan untuk menentukan nilai BOD. 
Dari hasil pengukuran didapatkan DO 0 hari dan DO 5 hari diperoleh kadar DO diatas minimum yaitu 7,6 ml dan 6,4 ml. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menegaskan bahwa kadar DO minimum yang harus ada pada air adalah 6 mg/L. Hal ini menunjukkan bahwa sampel air limbah penggilingan beras tidak tercemar. Berdasarkan pernyataan (Mukono, 2006) bahwa semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Jika BOD suatu air tinggi maka dissolved oxygen (DO) menurun karena oksigen yang terlarut tersebut digunakan oleh bakteri.
Nilai BOD yang didapatkan pada hasil pengukuran yaitu 1,2 ppm. Jika merujuk pada standar persyaratan BOD air bersih yaitu BOD nya  kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika BOD nya diatas 4 ppm, air dikatakan tercemar. Dari hasil yang didapatkan 1,2 ppm, maka air limbah penggilingan beras yang menjadi sampel tidak tercemar artinya masih aman bagi lingkungan.

4.4.3   TDS (Total Dissolved Solid)
Pada pengujian air limbah penggilingan beras untuk mengetahui TDS nya (Zat Padat Terlarut). Perlakuan yang dilakukan yaitu sampel disaring dengan menggunakan kertas saring, cairan yang lolos dikeringkan pada suhu 105 0C hingga garam-garam akan mengendap (Prepitasi) kemudian kertas saring yang telah dikeringkan ditimbang menggunakan neraca analitik.
         Dari hasil pengujian analisa TDS hasil yang didapatkan yaitu 1.086 ppm. Jika merujuk pada standar nilai TDS yang kadar maksimumnya 500 ppm. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa kandungan TDS pada air limbah penggilingan air beras positif tercemar karena diatas ambang batas.

4.4.4 TSS (Total Suspended Solid)
Pada pengukuran TSS (Zat Padat Tersuspensi) dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri dengan cara mengendapkan padatan tersuspensi yang terkandung di dalam sampel air limbah yang dianalisa. Pengendapan dilakukan dengan cara menyaring sampel air limbah penggilingan beras dengan menggunakan kertas saring sehingga keduanya menjadi terpisah, dimana padatan tersuspensi memiliki ukuran molekul yang lebih besar dari pada padatan terlarut sehingga padatan tersuspensi ini akan tertinggal pada kertas saring saat penyaringan dilakukan.
Sebelum disaring, sampel air terlebih dahulu dikocok agar zat-zat yang terkandung di dalamnya tersebar merata dan homogen kemudian dimasukkan kedalam 100 mL kedalam gelas ukur lalu disaring menggunakan kertas saring. Endapan yang tertinggal pada kertas saring sebagai padatan tersuspensi ini kemudian diletakkan pada wadah berupa cawan petri kemudian dilakukan  pemanasan di dalam oven dengan suhu 105 C sampai semua air menguap . hal ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang terdapat pada kertas saring maupun endapan sehingga akan diperoleh berat padatan tersuspensi yang akurat. Setelah itu cawan dikeluarkan dari oven menggunakan penjepit cawan untuk didinginkan dalam desikator dan ditimbang untuk memperoleh berat konstan.
           Adapun Hasil pengujian  yang diperoleh pada sampel yaitu 1.287 ppm. Jika merujuk pada standar nilai TSS yang kadar maksimumnya 100 ppm. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa kandungan TDS pada air limbah penggilingan air beras positif tercemar karena melebihi ambang batas.









BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Dari pengujian yang telah kita lakukan, kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
a.       Pada pengujian COD pada sampel didapatkan hasil 39,2 ppm, maka sampel tersebut tidak tercemar. Karena jika merujuk pada standar COD air yang tidak tercemar lebih dari 200 ppm, artinya air limbah tersebut masih aman bagi lingkungan. 
b.      Pada pengujian BOD pada sampel didapatkan hasil 1,2 ppm, maka sampel tersebut positif tidak tercemar. Karena standar BOD untuk air tercemar yaitu diatas 4 ppm.
c.       Pada pengujian TDS pada sampel didapatkan hasil 1.086 ppm, jika merujuk pada standar air bersih 500 ppm, maka sampel tersebut dinyatakan tercemar.
d.      Pada pengujian TSS pada sampel didapatkan hasil 1.287 ppm, jika merujuk pada standar air bersih 100 ppm, maka sampel tersebut dinyatakan tercemar.

5.2 Saran
            Sebaiknya pada saat praktikum selanjutnya  dosen pengampu modul bisa mendampingi mahasiswa pada saat praktikum dan Sebaiknya dalam pelaksanaan praktikum setiap mahsiswa dapat melakukan praktikum dengan lebih berhati-hati pada saat penggunaan bahan kimia khususnya bahan kimia yang berbahaya.


DAFTAR PUSTAKA


1 komentar:

  1. Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
    mampir di website ternama I O N Q Q
    paling diminati di Indonesia,
    di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
    ~bandar poker
    ~bandar-Q
    ~domino99
    ~poker
    ~bandar66
    ~sakong
    ~aduQ
    ~capsa susun
    ~perang baccarat (new game)
    segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
    Whatshapp : +85515373217

    BalasHapus