Laporan
praktikum
MATA KULIAH : LIMBAH INDUSTRI DAN PRODUKSI
BERSIH
MODUL
: PARAMETER KUALITAS LIMBAH
DOSEN
: A. ITA JUWITA M.SI
TEKNISI
: 1. SAHRIAWATI, S.Pi
2. SURIATI , S.Pt
3. SATRIANTI , A.Md.Pi
OLEH
KELOMPOK B1 :
HASNI
HERAWATI (015)
INDILA ARINI
IRMAWATI
ILHAM
HASRIATI
HUZARI BABA
HASLINA B
HASRIN
PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI D-IV
JURUSAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL
PERIKANAN
POLITEKNIK
PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan Rahmat, Taufiq, dan HidayahNya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
Laporan ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah pada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW, beserta kerabat, sahabat dan seluruh pengikut
beliau hingga akhir zaman.
Tidak
lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah Limbah Industri
dan Produksi Bersih yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi
dalam menyelesaikan makalah ini dan terima kasih kepada semua teman-teman yang
telah membantu penyusun dalam menyelesaikan Laporan ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Laporan ini masih banyak
kekurangan, dan masih jauh dari sempurna, hal ini dikarenakan keterbatasan
kemampuan dan waktu. Oleh sebab itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk kesempurnaan makalah ini. Semoga Laporaini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Aamin
Mandalle,
23 Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB
1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1
Latar Belakang................................................................................. 1
1.2
Tujuan Praktikum............................................................................. 1
II.
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 2
2.1
Limbah Cair...................................................................................... 2
2.2
Parameter Limbah Cair..................................................................... 3
2.3
Dampak pembuangan Air Limbah................................................... 7
III.
METODOLOGI........................................................................................ 8
3.1 Waktu Dan Tempat......................................................................... 8
3.2 Alat Dan Bahan............................................................................... 8
3.3 Prosedur Kerja................................................................................. 8
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 11
4.1
Hasil................................................................................................. 11
4.2
Pembahasan...................................................................................... 11
V.
PENUTUP.................................................................................................. 21
5.1
Kesimpulan....................................................................................... 21
5.2
Saran................................................................................................. 21
DAFTAR
PUSTAKA...................................................................................... 16
LAMPIRAN..................................................................................................... 17
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah adalah sisa atau
buangan dari suatu usaha dan atau kegiatan manusia. Pada konsentrasi dan
kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia. Tingkat bahaya yang ditimbulkan
oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah itu sendiri. Limbah
tidak mempunyai nilai ekonomis, karena itu limbah dibuang. Keseimbangan
lingkungan menjadi terganggu jika jumlah hasil buangan tersebut melebihi ambang
batas.
Limbah yang mengandung bahan pencemar akan mengubah
kualitas lingkungan, bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya
sesuai dengan daya dukung yang ada padanya. Oleh karena itu sangat perlu
diketahui sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang terkandung di dalam
limbah tersebut.
Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan
bahan pencemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan
terlarut maupun tersuspensi, yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran,
perumahan, dan perdagangan), dan sumber industri.
Limbah yang
dihasilkan dari suatu proses pengolahan biasanya menghasilkan limbah yang dapat
mencemari lingkungan jika jumlahnya telah melebihi ambang batas. Untuk itu pada
praktikum ini kami akan melakukan pengujian COD, BOD, TDS dan TSS pada limbah
cair yang dihasilkan oleh limbah rumah tangga dan pabrik.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan
dilakukannya praktikum ini yaitu Untuk mengetahui analisa pengujian COD (Chemical Oxygen Demand) , BOD (Biological Oxygen Demand), TSS (Zat
Padat Tersuspensi) dan TDS (Zat Padat Terlarut), pada air limbah peggilingan beras.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Limbah Cair
Limbah Cair atau air
limbah adalah air yang bercampur zat padat (dissolved dan suspended) yang
berasal dari kegiatan rumah tangga, pertanian, perdagangan dan industri. Oleh
karena itu, dipastikan bahwa air buangan atau air limbah industri bisa menjadi
salah satu penyebab air tercemar jika tidak diolah sebelum dibuang ke badan
air.
Air
limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain :
a. Rumah tangga
Contoh : air bekas
cucian, air bekas memasak, air bekas mandi, dan sebagainya.
b. Perkotaan
Contoh : air limbah
dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari tempat-tempat ibadah.
c. Industri
Contoh : air limbah
dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat dan pabrik karet.
Air
limbah rumah tangga sebagian besar mengandung bahan organik sehingga memudahkan
di dalam pengolahannya. Sebaliknya, limbah industri lebih sulit pengolahannya
karena mengandung pelarut mineral, logam berat, dan zat-zat organik yang
bersifat toksik.
Volume air limbah yang dihasilkan
pada suatu masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
a.
Kebiasaan manusia
Makin
banyak orang menggunakan air, makin banyak air limbah yang dihasilkan.
b.
Penggunaan sistem pembuangan kombinasi
atau terpisah
Pada
sistem kombinasi, volume air limbah bervariasi dari 80-100 galon atau lebih per
kapita, sedangkan pada sistem terpisah volume limbah mencapai rata-rata 25-50
galon per kapita.
c.
Waktu
Air limbah tidak
mengalir merata sepanjang hari, tetapi bervariasi bergantung pada waktu dalam
sehari dan musim. Di pagi hari, manusia cenderung menggunakan air yang
menyebabkan air limbah semakin banyak, sedangkan di tengah hari volumenya lebih
sedikit, dan di malam hari agak meningkat lagi.
Komposisi
air limbah sebagian besar terdiri dari air (99,9 %) dan sisanya terdiri dari
partikel-partikel padat terlarut (dissolved solid) dan tersuspensi (suspended
solid) sebesar 0,1 %.
2.2
Parameter Kualitas Limbah Cair
2.2.1
Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen
terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam
air. Kebutuhan makhluk hidup di dalam air tersebut tergantung dari kemampuan
air untuk mempertahankan konsentrasi oksigen minimal yang dibutuhkan untuk
kehidupannya. Ikan merupakan makhluk air yang memerlukan oksigen tertinggi
kemudian invertebrata dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah bakteri.
Biota air hangat memerlukan oksigen terlarut minimal 5 ppm sedangkan biota air
dengan memerlukan oksigen terlarut mendekati jenuh. Konsentrasi oksigen
terlarut minimal untuk kehidupan biota tidak lebih kurang dari 6 ppm.
Oksigen terlarut
(dissolved oxygen) dapat berasal dari fotosintesis tanaman air, di mana
jumlahnya tidak tetap tergantung dari jumlah tanamannya dan dari atmosfer
(udara) yang masuk ke dalam air dengan kecepatan terbatas. Konsentrasi oksigen
terlarut dalam keadaan jenuh bervariasi tergantung dari suhu dan
tekanan atmosfer. Suhu 20 0C dengan tekanan satu atmosfer
konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh adalah 9,2 ppm sedangkan pada
suhu 50 0C dengan tekanan atmosfer yang sama tingkat kejenuhannya
hanya 5,6 ppm. Semakin tinggi susut air semakin rendah tingkat kejenuhannya,
misalnya danau di pegunungan yang tinggi mungkin mengandung oksigen terlarut
20-40 persen kurang daripada danau pada permukaan laut.
2.2.2
Chemical Oxygen Demand (COD)
COD adalah banyaknya
oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan organik secara kimia.
Angka COD yang tinggi, mengindikasikan semakin besar tingkat pencemaran yang
terjadi. Perairan yang memiliki nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi
kepentingan perikanan dan pertanian. Nilai COD pada perairan yang tidak
tercemar biasanya kurang dari 20 mg/L, sedangkan pada perairan tercemar dapat
lebih dari 200 mg/L.
Jumlah
bahan organik di dalam air dapat dilakukan suatu uji yang lebih cepat dari pada
BOD yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan oksidan. Uji tersebut
disebut uji COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan
oleh bahan oksidan, misalnya kalium dokromat untuk mengoksidasi bahan-bahan
organik yang terdapat di dalam air. Uji COD biasanya menghasilkan nilai
kebutuhan oksigen yang lebih tinggi daripada uji BOD karena bahan-bahan yang
stabil terhadap reaksi biologis dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi
dengan uji COD.
2.2.3
Biological Oxygen Demand (BOD)
Kebutuhan Oksigen
Biologis (KOB) (Biological Oxygen Demand, disingkat BOD) adalah
analisis empiris untuk mengukur proses-proses biologis (khususnya aktivitas
mikroorganisme yang berlangsung di dalam air. Nilai KOB merupakan suatu
pendekatan umum yang menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk menguraikan zat organik terlarut dan sebagian zat-zat organik yang
tersuspensi di dalam air. Di dalam pemantauan kualitas air, KOB merupakan salah
satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat pencemaran air. Pengukuran
parameter ini dapat dilakukan pada air minum maupun air buangan.
Elemen biologi dalam
sistem perairan berkaitan erat dengan komponen-komponen kimia. Pengetahuan
mengenai komponen primer sangat penting untuk menganalisis elemen biologis dan
menganalisis efek dari perubahan kualitas air. Komponen-komponen kimia dalam
perairan dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yang disebut zat-zat
organik yang terdiri dari atas senyawa-senyawa organik alam dan senyawa-senyawa
organik sintetis, bahan-bahan anorganik dan gas.
Kebutuhan oksigen
Biologi (KOB) adalah ukuran kandungan bahan organik dalam limbah air cair. KOB
ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang diserap oleh sampel limbah cair
akibat adanya mikroorganisme selama satu periode waktu tertentu, biasanya 5
hari, pada saat temperatur tertentu umumnya 20 0C. BOD
merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair. BOD juga merupakan petunjuk dari
pengaruh yang diperkirakan terjadi pada badan air penerima berkaitan dengan
pengurangan kandungan oksigennya. Secara umum derajat pengolahan yang dicapai
oleh bangunan pengolahan harus dipilih sedemikian rupa sehingga BOD efluen
tidak akan menurunkan derajat kandungan oksigen sampai tingkat tertentu pada
badan air penerima agar badan air dapat tetap berfungsi sesuai peruntukannya
Uji BOD mempunyai
beberapa kelemahan diantaranya adalah:
1. Dalam
uji BOD ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan anornaik atau
bahan-bahan tereduksi lainnya yang disebut juga “Intermediate Oxygen Demand”.
2. Uji
BOD memerlukan waktu yang cukup lama yaitu minimal lima hari.
3. Uji
BOD yang dilakukan selama 5 hari masih belum dapat menunjukkan nilai total BOD
melainkan hanya kira-kira 68 persen dari total BOD.
4. Uji
BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam air tersebut, misalnya
adanya germisida seperti khlorin dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme
yang dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil uji BOD menjadi
kurang teliti.
2.2.4 TDS
(Total Dissolve Solid)
TDS (Total
Dissolve Solid) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun
anorganic) yang terdapat pada sebuah larutan. Umumnya berdasarkan definisi di
atas seharusnya zat yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati
saringan yang berdiameter 2 mikrometer (2×10-6 meter). Aplikasi yang umum
digunakan adalah untuk mengukur kualitas cairan biasanya untuk pengairan,
pemeliharaan aquarium, kolam renang, proses kimia, dan pembuatan air mineral.
Setidaknya, kita dapat mengetahui air minum mana yang baik dikonsumsi tubuh,
ataupun air murni untuk keperluan kimia misalnya pembuatan kosmetika,
obat-obatan, dan makanan (Misnani, 2010).
Total
padatan terlarut merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak tersaring
dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori 0,45 μm.
Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa anorganik dan organik yang terlarut
dalam air, mineral dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah
bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh
air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut
air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri pencucian.
Banyak zat
terlarut yang tidak diinginkan dalam air. Mineral, gas, zat organik yang
terlarut mungkin menghasilkan warna, rasa dan bau yang secara estetis tidak
menyenangkan. Beberapa zat kimia mungkin bersifat racun, dan beberapa zat
organik terlarut bersifat karsinogen. Cukup sering, dua atau lebih zat terlarut
khususnya zat terlarut dan anggota golongan halogen akan bergabung membentuk
senyawa yang bersifat lebih dapat diterima daripada bentuk tunggalnya (Misnani,
2010).
2.2.5
TSS (Total suspended Solid)
Zat Padat Tersuspensi
(TSS) adalah padatan yang menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut dan tidak
dapat langsung mengendap, terdiri dari partikel-partikel yang ukuran maupun
beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik
tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan sebagainya (Nasution,M.I,2008).
Zat Padat Tersuspensi
dapat bersifat organis dan inorganis. Zat Padat Tersuspensi dapat diklasifikasikan
sekali lagi menjadi antara lain zat padat terapung yang selalu
bersifat organis dan zat padat terendap yang dapat bersifat
organis dan inorganis. Jumlah padatan tersuspensi dapat dihitung menggunakan
Gravimetri, padatan tersuspensi akan mengurangi penetrasi sinar matahari ke
dalam air sehingga akan mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis
(Misnani, 2010).
Material tersuspensi
mempunyai efek yang kurang baik terhadap kualitas badan air karena dapat
menurunkan kejernihan air dan dapat mempengaruhi kemampuan ikan untuk melihat
dan menangkap makanan serta menghalangi sinar matahari masuk ke dalam air. Endapan
tersuspensi dapat juga menyumbat insang ikan, mencegah telur berkembang. Ketika
suspended solid tenang di dasar badan air, dapat menyembunyikan telur dan
terjadi pendangkalan pada badan air sehingga memerlukan pengerukan yang
memerlukan biaya operasional tinggi. Kandungan TSS dalam badan air sering
menunjukan konsentrasi yang lebih tinggi pada bakteri, nutrien, pestisida,
logam didalam air (Margareth, 2009).
2.3 Dampak Pembuangan Air Limbah
Air limbah yang tidak
menjalani pengolahan yang benar tentunya dapat menimbulkan dampak yang tidak di
inginkan. Dampak tersebut, antara lain :
1. Kontaminasi
dan pencemaran pada air permukaan dan badan-badan air yang digunakan oleh
manusia.
2. Mengganggu
kehidupan dalam air, mematikan hewan dan tumbuhan air.
3. Menimbulkan
bau (sebagai hasil dekomposisi zat anaerogi dan zat anorganik)
4. Menghasilkan
lumpur yang dapat mengakibatkan pendangkalan air sehingga terjadi penyumbatan
yang dapat menimbulkan banjir.
BAB III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Rabu/ 16 Oktober 2017
Waktu :
07.30 – Selesai
Tempat : Laboratorim Biokimia Politeknik Pertanian Negeri
Pangkep.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
dalam praktikum ini pada uji analisa COD (Chemical
Oxygen Demand), BOD (Biological
Oxygen Demand), TSS (Zat Padat Terlarut) dan TDS (Zat Padat Tersuspensi)
adalah Erlemeyer Asah, Pipet Skala, Penangas Air, Corong, Cawan porselin atau
cawan penguap, Oven, dan Neraca analitik.
Bahan utama yang
digunakan adalah air limbah penggilingan beras. Sedangkan Bahan kimia yang
digunakan untuk analisa COD (Chemical Oxygen Demand) adalah K2Cr2O7
0,025 N, Ferro Amonium Sulfat 0,01 N, Indikator Ferroin, Asam Sulfat (p).
Bahan kimia yang
digunakan untuk analisa BOD (Biological
Oxygen Demand) adalah KMnO4 0,01 N, H2C2O4 0,01 N, dan H2SO4 1:4.
Dan Bahan yang digunakan untuk analisa
TDS (Zat Padat Terlarut) dan TSS (Zat Padat Tersuspensi) adalah Kertas
saring.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1
Analisa
COD (Chemical Oxygen Demand)
-
Pipet 10 ml contoh ke dalam erlemeyer
asah,kemudian tambahkan 5 ml K2Cr2O7 0,025 N
lalu 15 ml asam sulfat (p) dalam ruangan asam, tutup erlenmayer dan biarkan
selama 30 menit.
-
Encerkan dengan aquadest 7,5 ml kemudian
tetesi 2-3 tetes indikator ferroin lalu titar dengan Ferri Amonium Sulfat.
Catat penggunaan FAS dan buat blanko.
3.3.2
Analisa
BOD (Biochemical Oxygen Demand)
-
Dipipet 25 nl contoh ke dalam erlenmeyer
lalu di tambahkan dengan 5 ml asam sulfat 1:4 ml KMnO4 0,01 N lalu
panaskan selama 10 menit (70 0C).
-
Tambahkan asam oksalat sampai warna
merah hilang setelah itu dititar dalam keadaan panas dengan KMnO4 0,01
N sampai berwarna merah muda timbul.
3.3.3
Penentuan
Zat Padat Terlarut (TDS) dan Zat Padat Tersuspensi (TSS)
-
Sampel dikocok hingga homogen dan
dipipet sebanyak 100 ml
-
Dan dilakukan penyaringan menggunakan
corong gelas
-
Sampel yang lolos dari kertas
saringdituangkan ke dalam gelaskimia
-
Selanjutnya, cawan yangberisi sampel
tersebut diuapkan dan dikeringkandalam oven pada suhu 105 0C
sampaisemua air menguap
-
Setelah itu cawan dikeluarkan dari oven
menggunakan penjepit cawan untuk di dinginkan dalam desikator dan ditimbang
segera dengan neraca analitik hingga di peroleh berat konstan.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel : Data Analisa Pengukuran
COD, DO, BOD, TDS, dan TSS pada Limbah
Cair
No
|
Sampel
|
COD
|
DO
|
BOD
|
TDS
|
TSS
|
|
0
Hari
|
5
Hari
|
||||||
1
|
Limbah Penggilingan
Air Beras
|
39,2 ppm
|
7,6 ppm
|
6,4 ppm
|
1,2 ppm
|
1.086 ppm
|
1.287 ppm
|
2
|
Limbah Air
Kepiting
|
39,2 ppm
|
8,2 ppm
|
6,0 ppm
|
2,2 ppm
|
5.168 ppm
|
750 ppm
|
3
|
Limbah Air
Bakso
|
11,2 ppm
|
6,1 ppm
|
4,2 ppm
|
1,9 ppm
|
1.726 ppm
|
1.313 ppm
|
4
|
Limbah Air
Tahu
|
8,8 ppm
|
7,3 ppm
|
6,7 ppm
|
0,6 ppm
|
1.695 ppm
|
5.963 ppm
|
4.2 Pembahasan
Pada Praktikum ini dilakukan
pengujian COD (Chemical Demand Oxygen), BOD (Biological Oxygen Demand), TDS
(Total Padatan Terlarut) dan TSS (Total Padatan Tersuspensi) pada air limbah.
Sampel yang dipakai berasal dari hasil industri sekitar yaitu limbah
penggilingan air beras.
4.2.1 COD (Chemical Oxygen Demand)
Pada pengujian COD dengan
menggunakan sampel air limbah penggilingan beras. Perlakuan awal yang dilakukan
yaitu memasukkan sampel ke dalam erlenmeyar, kemudian menambahkan 5 ml K2Cr2O7
sehingga menghasilkan warna hijau. Selanjutnya ditambahkan 15 ml asam
sulfat dan disimpan dalam ruang asam selama 30 menit kemudian diencerkan dengan
aquadest 7,5 ml sampai menghasilkan warna hijau kemudian ditetesi indikator
feroin sampai air sampel berubah menjadi warna coklat merah. Kemudian dititrasi
dengan ferri amonium sulfat hingga berubah warna menjadi merah muda. Titrasi
dilakukan dalam keadaan panas karena pemanasan berfungsi untuk mempercepat
reaksi titrasi. Dari hasil
perhitungan diperleh jumlah COD pada sampel sebesar 39,2 ml.
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan
diperoleh COD sebesar 39,2 ppm. Bila
merujuk pada standar nilai COD yang tidak tercemar yang nilainya kurang dari 29
mg/l atau 29 ppm (UNISCO/WHO/UNEP. 1992). Dari
hasil ini dapat diketahui bahwa kandungan COD pada air limbah penggilingan air
beras masih aman karna belum melebihi nilai standar pencemaran air, dan masih
berdampak positif untuk lingkungan.
4.2.2
BOD (Biological Oxygen Demand)
Pada praktikum ini
untuk mengetahui jumlah BOD pada sampel yaitu dengan menentukan DO terlebih
dahulu. Pengukuran DO dilakukan dengan menggunakan DO meter (Metode Winkler).
Pengukuran DO dilakukan 2 kali yaitu DO 0 hari dan DO 5 hari, hal tersebut
dilakukan untuk menentukan nilai BOD.
Dari hasil pengukuran
didapatkan DO 0 hari dan DO 5 hari diperoleh kadar DO diatas minimum yaitu 7,6
ml dan 6,4 ml. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air menegaskan
bahwa kadar DO minimum yang harus ada pada air adalah 6 mg/L. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel air limbah penggilingan beras tidak tercemar. Berdasarkan
pernyataan (Mukono, 2006) bahwa semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Jika
BOD suatu air tinggi maka dissolved oxygen (DO) menurun karena
oksigen yang terlarut tersebut digunakan oleh bakteri.
Nilai BOD yang
didapatkan pada hasil pengukuran yaitu 1,2 ppm. Jika merujuk pada standar
persyaratan BOD air bersih yaitu BOD nya
kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika BOD nya diatas 4 ppm, air dikatakan
tercemar. Dari hasil yang didapatkan 1,2 ppm, maka air limbah penggilingan
beras yang menjadi sampel tidak tercemar artinya masih aman bagi lingkungan.
4.4.3 TDS (Total Dissolved Solid)
Pada pengujian air
limbah penggilingan beras untuk mengetahui TDS nya (Zat Padat Terlarut).
Perlakuan yang dilakukan yaitu sampel disaring dengan menggunakan kertas
saring, cairan yang lolos dikeringkan pada suhu 105 0C hingga
garam-garam akan mengendap (Prepitasi) kemudian kertas saring yang telah
dikeringkan ditimbang menggunakan neraca analitik.
Dari hasil pengujian analisa TDS hasil
yang didapatkan yaitu 1.086 ppm. Jika merujuk pada standar
nilai TDS yang kadar maksimumnya 500 ppm. Dari hasil ini dapat
diketahui bahwa kandungan TDS pada air limbah penggilingan air beras positif
tercemar karena diatas ambang batas.
4.4.4 TSS (Total Suspended Solid)
Pada pengukuran TSS (Zat Padat
Tersuspensi) dilakukan dengan menggunakan metode gravimetri dengan cara
mengendapkan padatan tersuspensi yang terkandung di dalam sampel air limbah yang
dianalisa. Pengendapan dilakukan dengan cara menyaring sampel air limbah
penggilingan beras dengan menggunakan kertas saring sehingga keduanya menjadi
terpisah, dimana padatan tersuspensi memiliki ukuran molekul yang lebih besar
dari pada padatan terlarut sehingga padatan tersuspensi ini akan tertinggal
pada kertas saring saat penyaringan dilakukan.
Sebelum disaring, sampel air
terlebih dahulu dikocok agar zat-zat yang terkandung di dalamnya tersebar
merata dan homogen kemudian dimasukkan kedalam 100 mL kedalam gelas ukur lalu
disaring menggunakan kertas saring. Endapan yang tertinggal pada kertas saring
sebagai padatan tersuspensi ini kemudian diletakkan pada wadah berupa cawan
petri kemudian dilakukan pemanasan di dalam oven dengan suhu 105 ⁰C sampai semua air menguap . hal ini bertujuan untuk
menghilangkan kadar air yang terdapat pada kertas saring maupun endapan
sehingga akan diperoleh berat padatan tersuspensi yang akurat. Setelah itu
cawan dikeluarkan dari oven menggunakan penjepit cawan untuk didinginkan dalam
desikator dan ditimbang untuk memperoleh berat konstan.
Adapun Hasil pengujian yang
diperoleh pada sampel yaitu 1.287 ppm. Jika merujuk pada
standar nilai TSS yang kadar maksimumnya 100 ppm. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa kandungan TDS pada air limbah penggilingan
air beras positif tercemar karena melebihi ambang batas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengujian yang telah kita lakukan, kita dapat mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
a.
Pada pengujian COD pada sampel didapatkan
hasil 39,2 ppm, maka sampel tersebut tidak tercemar. Karena jika merujuk pada
standar COD air yang tidak tercemar lebih dari 200 ppm, artinya air limbah
tersebut masih aman bagi lingkungan.
b.
Pada pengujian BOD pada sampel didapatkan
hasil 1,2 ppm, maka sampel tersebut positif tidak tercemar. Karena standar BOD
untuk air tercemar yaitu diatas 4 ppm.
c.
Pada pengujian TDS pada sampel
didapatkan hasil 1.086 ppm, jika merujuk pada standar air
bersih 500 ppm, maka sampel tersebut dinyatakan tercemar.
d.
Pada pengujian TSS pada sampel
didapatkan hasil 1.287 ppm, jika merujuk pada standar air
bersih 100 ppm, maka sampel tersebut dinyatakan tercemar.
5.2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum selanjutnya
dosen pengampu modul bisa mendampingi mahasiswa pada saat praktikum dan Sebaiknya
dalam pelaksanaan praktikum setiap mahsiswa dapat melakukan praktikum dengan
lebih berhati-hati pada saat penggunaan bahan kimia khususnya bahan kimia yang
berbahaya.
DAFTAR PUSTAKA
Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah
BalasHapusmampir di website ternama I O N Q Q
paling diminati di Indonesia,
di sini kami menyediakan 9 permainan dalam 1 aplikasi
~bandar poker
~bandar-Q
~domino99
~poker
~bandar66
~sakong
~aduQ
~capsa susun
~perang baccarat (new game)
segera daftar dan bergabung bersama kami.Smile
Whatshapp : +85515373217