Jumat, 17 Februari 2017

MAKALAH PERANCANGAN BIOREAKTOR FERMENTASI KEJU





MAKALAH
MATA KULIAH      : BIOPROSES DAN BIOINDUSTRI
MODUL                     : PERANCANGAN BIOREAKTOR
DOSEN                      : GUSNI SUSANTI, ST,MT.








DISUSUN OLEH :
NAMA                 : HASNI
NIM                     : 1422060353
JURUSAN           : AGROINDUSTRI (A/27)


POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP
2015/2016
KATA PENGANTAR
            Puji syukur atas kehadirat allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Bioproses dan Bioindustri dapat terselesaikan dengan cepat. Salawat serta salam kita curahkan pada baginda Nabi Muhammad SAW, dan tak pula saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang selalu membantu serta tekad dan keinginan dalam mengerjakan makalah ini dengan waktu yang telah di berikan oleh dosen. Saya selaku penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari kekurangan baik dalam penyusunan makalah maupun isinya dalam makalah ini untuk memperbaiki ke depannya agar lebih baik lagi. Sekian dan terima kasih





                                                                                    Mandalle, 05 februari 2016
                                               
                                                                                               
                                                                                                Penulis

                                                                                               
           








DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................
BAB I PENDAHULUAN  ..............................................................
A.    Latar Belakang ......................................................................
B.     Rumusan masalah ..................................................................
C.     Tujuan.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..................................................................
A.    Pengertian Keju .....................................................................
B.     Macam-Macam Keju ......................................................
C. Kandungan Gizi dalam KeTahap Pembuatan Keju Melalui    Fermentasi Bakteri................................................................
D.    Tahap pembuatan keju dengan Fermentasi bakteri...............
E.     Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Fermentasi Keju..........
BAB III  PENUTUP.........................................................................
A.    Kesimpulan.............................................................................
B.     Saran ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
            Susu merupakan salah satu dari jenis makanan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi, sebab didalamnya terdapat unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tubuh kita diantaranya, protein, lemak, berbagai vitamin dan mineral. Susu sapi dan kambing yang keluar pada awal awal mengandung kolustrum yang berfungsi sebagai antibiotic. Susu merupakan jenis makanan yang dapat langsung dinikmati dan punya nilai Gizi yang sangat tinggi. Susu juga banyak mengandung kalsium yang berfungsi untuk memperkuat tulang dan gigi. Dengan kebutuhan kalsium yang cukup maka tulang dan gigi akan menjadi kuat dan tidak mudah rapuh, disamping itu susu juga mengandung berbagai macam vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Produk-produk olahan berbasis susu yang sudah dikenal dalam industry pengolahan susu adalah susu skim, mentega, yoghurt, dan keju. Keju merupakan prodak olahan yang susu yang sangat terkenal, diperoleh dengan cara menggumpalkan susu, susu skim, atau campuranya menggunakan enzim rennet. Keju yang dihasilkan dari bahan susu sapi ini mempunyai nilai Gizi yang tinggi. Keju berasal dari dadih yang diberi garam dan susu (curd) dan cairan gumpalan susu (whey). Dengan adanya gumpalan susu dan disaring dengan menggunakan kain saring, maka terbentuklah keju yang kaya akan protein, lemak, kalsium dan fospor untuk pertumbuhan tulang dan gigi serta baik untuk pembentukan sel darah merah dan hemoglobin. Proses pembuatan keju pada umumnya dilakukan dengan menambahkan mikroorganisme atau enzim kedalam susu yang telah dipasteurisasi. Proses pengolahan daan penambahan mikroorganisme ini sangat berpengaruh dalam penentuan jenis keju yang dihasilkan.



B.       Rumusan Masalah
                1.           apa itu keju ?
                2.           apa saja jenis-jenis keju ?
                3.           apa saja kandungan gizi yang terdapat pada keju ?
                4.           bagaimana cara pembuatan keju dengan fermentasi bakteri ?
                5.           fakto-faktor apa saja yang mempengaruhi fermentasi keju ?
C.      Tujuan
                1.           untuk mengetahui  bahan keju
                2.           untuk mengetahui kandungan gizi pada keju
                3.           untuk mengetahui cara pembuatan keju dengan fermentasi bakteri
                4.           untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi fermentasi keju





BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Keju
Keju (berasal dari bahasa Portugis, queijo) adalah sebuah makanan yang dihasilkan dengan memisahkan zat-zat padat dalam susu melalui proses pengentalan atau koagulasi. Proses pengentalan ini dilakukan dengan bantuan bakteri atau enzim tertentu yang disebut rennet.Hasil dari proses tersebut nantinya akan dikeringkan, diproses, dan diawetkan dengan berbagai macam cara. Dari sebuah susu dapat diproduksi berbagai variasi produk keju. Produk-produk keju bervariasi ditentukan dari tipe susu, metode pengentalan, temperatur, metode pemotongan, pengeringan, pemanasan, juga proses pematangan keju dan pengawetan. Umumnya, hewan yang dijadikan sumber air susu adalah sapi.Air susu unta, kambing, domba, kuda, atau kerbau digunakan pada beberapa tipe keju lokal.
Keju memiliki hampir semua kandungan nutrisi pada susu, seperti protein, vitamin, mineral, kalsium, dan fosfor namun juga lemak dan kolesterol yang dapat menyebabkan masalah kesehatan apabila dikonsumsi secara berlebihan. Besaran kandungan lemak dalam keju tergantung pada jenis susu yang digunakan. Keju yang dibuat dengan susu murni atau yang sudah ditambah dengan krim memiliki kandungan lemak, kolesterol dan kalori yang tinggi. Keju sangat bermanfaat karena kaya akan protein, terutama bagi anak kecil karena mereka membutuhkan protein yang lebih banyak dibandingkan orang dewasa.
B.       Macam-Macam Keju
         1.         Berdasarkan tekstur
ü Keju keras: Maksimum kadar air pada keju tipe ini adalah 56%, semakin sedikit kadar air dalam keju maka keju akan semakin keras.
ü Keju iris: Maksimum kadar air pada keju iris berkisar antara 54-63% dan karenanya menjadi matang lebih cepat dan lebih mudah diiris dibandingkan keju keras.
ü Keju iris semi keras: Kadar air pada keju jenis ini berkisar antara 61-69%, dan sebagian besar keju ini diproduksi dengan krim rendah kalori.
ü Keju lunak: Keju lunak memiliki kadar air lebih dari 67%. Karena banyaknya air pada keju ini, maka kadar lemak yang terdapat pada keju ini pun lebih rendah dibandingkan dengan keju yang lebih keras.
         2.         Berdasarkan kulit
ü Keju berkulit keras: Ciri-ciri dari keju ini adalah bentuknya yang besar, memerlukan waktu lebih lama untuk matang, dan melalui proses penekanan untuk menghilangkan kelembaban. Contoh keju jenis ini adalah Raclette, Gruyere, dan Gouda.
ü Keju berkulit alami: Bagian dalam dari keju ini memiliki tekstur yang lembut dan kulitnya berwarna abu-abu atau biru yang berubah-ubah ketika keju mulai menua. Contoh keju tipe ini antara lain Sainte Maure dan Pouligny St. Pierre.
ü Keju yang kulitnya dicuci dengan air asin: Keju-keju kategori ini dimandikan di dalam air asin ketika matang. Contohnya adalah keju Munster dan Feta.
ü Keju biru: Keju biru memiliki coreng-coreng yang berwarna biru atau hijau. Warna tersebut didapat dari membiakkan bakteri pada keju. Contoh keju biru adalah Stilton, Roquefort dan Gorgonzola.
ü Keju segar: Ciri-ciri dari keju segar adalah tidak memiliki kulit, memiliki kandungan air yang tinggi dan tidak melalui proses pematangan. Contohnya antara lain adalah Demi-sel,Ricotta dan Mascarpone.
         3.         Berdasarkan jenis susu yang digunakan
ü Keju dari susu kambing: Banyak orang yang lebih memilih untuk menggunakan susu kambing karena kandungan lemak dan laktosa yang rendah dan mengandung banyak nutrisi.
ü Keju dari susu domba atau biri-biri: Karena pada umumnya domba menghasilkan susu yang lebih sedikit dibandingkan sapi dan kambing maka keju jenis ini pun sulit ditemukan dan lebih mahal harganya.
ü Keju dari susu campuran: Keju tipe ini dibuat dari kombinasi dua jenis susu atau lebih.
ü Keju dari susu mentah: Banyak yang berpendapat bahwa proses pasteurasi dapat menghilangkan rasa keju sehingga mereka menggunakan susu mentah.

C.      Kandungan Gizi dalam Keju
1.      Lemak
Lemak memberikan rasa dan tekstur yang unik pada keju. Keju segar memiliki kandungan lemak hingga 12%. Sedangkan kandungan lemak pada keju yang sudah dimatangkan berkisar antara 40-50%.
2.      Protein
Keju memiliki kandungan protein sebesar 10-30%. Protein ini didapatkan dari kasein yang dimodifikasi. Saat proses pematangan, protein dipecah menjadi oligopeptide dan asam amino. Proses ini berpengaruh terhadap struktur dan rasa dari keju. Proses degradasi protein disebut proteolisis dan karena proses inilah maka protein menjadi mudah dicerna.
3.      Mineral
Keju sangat kaya akan kalsium, fosfor dan seng. Satu ons keju mengandung sekitar 200ml kalsium.Kandungan kalsium pada keju akan berbeda, tergantung pada apakah keju tersebut dikoagulasi menggunakan enzim atau asam. Keju yang dikoagulasi menggunakan enzim mengandung kalsium dua kali lebih banyak dibandingkan dengan yang menggunakan asam.
4.      Vitamin
Saat susu murni digunakan untuk membuat keju, vitamin A dan D yang larut dalam lemak tinggal pada dadih. Namun, banyak vitamin yang larut dalam air yang hilang terbawa air dadih. Hanya sekitar seperempat dari riboflavin (vitamin B2) dan seperenam dari tiamina (vitamin B1) yang tinggal pada keju Cheddar, sedangkan niasin, vitamin B6, vitamin B12, biotik, asam pantothenic, dan folat terbawa bersama air dadih.

5.      Laktosa
Kandungan laktosa pada keju sangatlah kecil, yaitu berkisar 4.5-4.7%. Hal ini dikarenakan dalam prosesnya sebagian besar laktosa dalam susu keluar bersama air dadih dan yang tersisa diubah menjadi asam laktat saat proses pematangan. Karena itu, keju merupakan makanan yang aman dikonsumsi oleh orang yang memiliki intoleransi laktosa dan penderita diabetes.

D.      Tahap Pembuatan Keju Melalui Fermentasi Bakteri
Pembuatan keju adalah proses yang dilakukan untuk mengolah susu hingga menjadi berbagai jenis keju. Pembuatan keju pada dasarnya sama walaupun ada ratusan jenis keju yang diproduksi di seluruh dunia. Keju memiliki gaya dan rasa yang berbeda-beda, tergantung jenis air susu yang digunakan, jenis bakteri atau jamur yang dipakai dalam fermentasi, lama proses fermentasi maupun penyimpanan (“pematangan”).
Ada Lima Tahapan Utama Dalam Pembuatan Keju :
1.      Pengasaman
Dalam pembuatan keju, setelah air susu diperoleh, susu kemudian di pasteurisasi. Susu dipanaskan agar bakteri asam laktat, yaitu Streptococcus and Lactobacillus dapat tumbuh. Bakteri-bakteri ini memakan laktosa pada susu dan merubahnya menjadi asam laktat. Saat tingkat keasaman meningkat, zat-zat padat dalam susu (protein kasein, lemak, beberapa vitamin dan mineral) menggumpal dan membentuk dadih. Ada pula beberapa produsen yang membuat keju dari susu “mentah”, dengan pemanasan 40°C berulang-ulang, namun banyak produsen yang menyangsikan proses ini karena alasan higiene. Jika non-pasteurisasi susu yang digunakan, keju harus dimatangkan (dengan cara diperam) paling sedikit selama 60 hari pada suhu tidak kurang dari 4°C untuk memastikan keamanan melawan organisme yang membahayakan (patogen). Pasteurisasi harus cukup untuk membunuh bakteri yang dapat mempengaruhi kualitas keju, misalnya coliforms, yang bisa membuat “blowing” (perusakan tekstur) lebih dini dan rasa tidak enak. Pateurisasi reguler pada 72 – 73°C selama 15 – 20 detik paling sering dilakukan. Meskipun demikian, mikroorganisme pembentuk spora (spore-forming microorganism) yang dalam bentuk spora, tahan terhadap pasteurisasi dan dapat menyebabkan masalah serius selama proses pematangan. Salah satu contohnya adalah Clostridium tyrobutyricum, yang membentuk asam butirat dan volume gas hidrogen yang besar dengan memfermentasi asam laktat. Gas ini menghancurkan tekstur keju sepenuhnya (“blowing”), selain itu asam butirat juga tidak enak rasanya. Perlakuan panas yang lebih sering akan mengurangi risiko seperti tersebut di atas, tetapi juga akan merusak sifat-sifat umum keju yang terbuat dari susu, sehingga digunakan cara lain untuk mengurangi bakteri tahan panas. Secara tradisional, bahan-bahan kimia tertentu telah ditambahkan dalam susu keju sebelum produksi. Hal ini untuk mencegah “blowing” dan perkembangan rasa tidak enak yang disebabkan oleh bakteri tahan panas dan pembentuk spora (terutama Clostridium tyrobutyricum). Bahan kimia yang paling sering digunakan adalah sodium nitrat (NaNO3), tetapi pada produksi keju Emmenthal , hidrogen peroksida (H2O2) juga digunakan. Meskipun demikian, karena penggunaan bahan kimia telah banyak dikritik, maka cara mekanis untuk mengurangi jumlah mikroorganisme yang tidak diinginkan telah diadopsi, terutama di negara-negara dimana penggunaan inhibitor kimia dilarang.
2.      Pengentalan
Bakteri rennet ditambahkan ke dalam susu yang dipanaskan yang kemudian membuat protein menggumpal dan membagi susu menjadi bagian cair (air dadih) dan padat (dadih). Setelah dipisahkan, air dadih kadang-kadang dipakai untuk membuat keju seperti Ricotta dan Cypriot hallumi namun biasanya air dadih tersebut dibuang.Dengan bantuan sebuah alat yang berbentuk seperti kecapi, dadih keju dihancurkan menjadi butiran-butiran.Semakin halus dadih tersebut maka semakin banyak air dadih yang dikeringkan dan nantinya akan menghasilkan keju yang lebih keras.
Rennet mengubah gula dalam susu menjadi asam dan protein yang ada menjadi dadih.Jumlah bakteri yang dimasukkan dan suhunya sangatlah penting bagi tingkat kepadatan keju.Proses ini memakan waktu antara 10 menit hingga 2 jam, tergantung kepada banyaknya susu dan juga suhu dari susu tersebut. Sebagian besar keju menggunakan rennet dalam proses pembuatannya.Namun zaman dahulu ketika keju masih dibuat secara tradisional, getah daun dan ranting pohon ara digunakan sebagai pengganti rennet. susu dibagi menjadi dadih keju (bagian padat dari susu) dan air dadih (bagian cair dari susu). Dengan bantuan sebuah alat yang berbentuk seperti kecapi, dadih keju dihancurkan menjadi butiran-butiran. Semakin halus dadih tersebut maka semakin banyak air dadih yang dikeringkan dan nantinya akan menghasilkan keju yang lebih keras.
3.      Persiapan sebelum pematang
a.       Pencetakan
Saat dadih mencapai ukuran optimal maka ia harus dipisahkan dan dicetak.Untuk keju-keju kecil, dadihnya dipisahkan dengan sendok dan dituang ke dalam cetakan. Untuk keju yang lebih besar, pengangkatan dari tangki menggunakan bantuan sehelai kain. Sebelum dituang ke dalam cetakan, dadih tersebut dikeringkan terlebih dahulu kemudian dapat ditekan lalu dibentuk atau diiris.
b.       Penekanan
Keju haruslah ditekan sesuai dengan tingkat kekerasan yang diinginkan.Untuk keju lunak, penekanan biasanya tidak dilakukan karena berat dari keju tersebut sudah cukup berat untuk melepaskan air dadih. Begitupun halnya dengan keju iris, berat dari keju tersebut menentukan tingkat kepadatan yang diinginkan. Meskipun demikian, sebagian besar keju melewati proses penekanan. Waktu dan intensitas penekanan berbeda-beda bagi setiap keju.
c.       Pengasinan
Setelah keju dibentuk,dilakukan penambahan garam agar keju tidak terasa tawar.Keju dapat diasinkan dengan empat cara yang berbeda. Bagi beberapa keju, garam ditambahkan langsung ke dalam dadih. Cara yang kedua adalah dengan menggosokkan atau menaburkan garam pada bagian kulit keju. Hal ini menyebabkan kulit keju terbentuk dan melindungi bagian dalam keju agar tidak matang terlalu cepat. Beberapa keju-keju yang berukuran besar diasinkan dengan cara direndam dalam air garam. Perendaman keju bisa menghabiskan waktu berjam-jam hingga berhari-hari. Cara yang terakhir adalah dengan mencuci bagian permukaan keju dengan larutan garam. Selain memberikan rasa, garam juga membantu menghilangkan air berlebih, mengeraskan permukaan, melindungi keju agar tidak mengering serta mengawetkan dan memurnikan keju ketika memasuki proses maturasi.
4.      Pematangan
Pematangan (ripening) adalah proses yang mengubah dadih-dadih segar menjadi keju yang penuh dengan rasa.Pematangan disebabkan oleh bakteri atau jamur tertentu yang digunakan pada proses produksi. Karakter akhir dari keju banyak ditentukan dari jenis pematangannya. Selama proses pematangan, keju dijaga agar berada pada temperatur dan tingkat kelembaban tertentu hingga keju siap dimakan. Waktu pematangan ini bervariasi mulai dari beberapa minggu untuk keju lunak hingga beberapa hari untuk keju keras seperti Parmigiano-Reggiano.
5.      Teknik khusus
Beberapa teknik dapat dilakukan sebelum proses pematangan untuk mempengaruhi tekstur dan rasa akhir keju:
a.         Peregangan (Stretching)
Dadih diusung dan lalu diadoni dalam air panas untuk menghasilkan tekstur yang berserabut.Contoh keju yang melewati proses ini adalah keju Mozzarella dan Provolone.
b.         Cheddaring
Dadih yang sudah dipotong kemudian ditumpuk untuk menghilangkan kelembaban. Dadih tersebut lalu digiling untuk waktu yang cukup lama. Contoh keju yang mengalami proses ini adalahkeju Cheddar dan Keju Inggris lainnya.
c.         Pencucian
Dadih dicuci dalam air hangat untuk menurunkan tingkat keasamannya dan menjadikannya keju yang rasanya lembut. Contoh keju melewati proses pencucian adalah keju Edam, Gouda, dan Colby.
d.         Pembakaran
Bagi beberapa keju keras, dadih dipanaskan hingga suhu 35 °C(95 °F)-56 °C(133 °F) yang kemudian mengakibatkan butiran dadih kehilangan air dan membuat keju menjadi lebih keras teksturnya. Proses ini sering disebut dengan istilah pembakaran (burning). Contoh keju yang dipanaskan ulang adalah Emmental, Appenzell dan Gruyer. 

E.       Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Fermentasi Keju
1.      Suhu
Dalam proses fermentasi ini dibutuhkan  suhu (temperatur) optimal  30 – 50 derajat Celcius (hangat). Bila suhu terlalu tinggi mikroorganisme kurang efektif bekerja. Bila suhu terlalu rendah, mikroorganisme tidak dapat bekerja. 
2.      Penurunan Ph
prinsip penting yang bertanggungjawab terhadap kualitas dan keamanan keju segar yang dihasilkan karena penurunan pH membangun tekstur, aroma, dan warna keju.
3.      Asam
Bakteri asam laktat memerlukan nutrisi yang sangat kompleks dan umumnya hidup pada medium yang kaya akan nutrisi seperti berbagai jenis makanan. Pada pembuatan keju kondisi pertumbuhan yang berbeda dapat menghasilkan produk akhir fermentasi yang berbeda pula. Secara umum niasin dan asam pantotenat esensial bagi pertumbuhan bakteri asam laktat.
4.      Garam
Pada keju, seperti pada banyak makanan, garam biasanya berfungsi sebagai bumbu. Tetapi garam memiliki efek-efek penting yang lain, seperti memperlambat aktifitas biang dan proses-proses bakteri yang berkaitan dengan pematangan keju. Pemberian garam ke dalam dadih menyebabkan lebih banyak kelembaban dikeluarkan, baik melalui efek osmotik dan efek penggaraman pada protein. Tekanan osmotik bisa disamakan dengan pembentukan pengisap pada permukaan dadih, menyebabkan kelembaban tertarik keluar. Selain memberikan rasa, garam juga membantu menghilangkan air berlebih, mengeraskan permukaan, melindungi keju agar tidak mengering serta mengawetkan dan memurnikan keju ketika memasuki proses maturasi.
5.      Oksigen
Oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk memperbanyak atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap mikroba membutuhkan oksigen yang berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi.Tersedianya oksigen memegang peranan penting bagi pertumbuhan mikroorganisme. Setiap mikroorganisme membutuhkan jumlah oksigen yang berlainan untuk pertumbuhan atau membentuk sel sel baru.
6.      Alkohol
Alkohol dapat berfungsi sebagi pengawet dan tergantung pada konsentrasinya .
7.      Mikroorganisme
Jenis bakteri ini berperan utama dalam mengubah laktosa (zat gula) pada susu menjadi asam laktat, dimana proses ini dapat menurunkan pH keju sehingga tidak membusuk oleh bakteri pembusuk. Langkah ini adalah proses pertama untuk membuat keju menjadi lezat.
 Pada dasarnya terdapat 2 jenis bakteri asam laktat yaitu Lactococcus (berbentuk bulat) dan Lactobacillus (berbentuk batang).Lactobacillus yang paling sering dimanfaatkan untuk pembuatan keju sedangkan  Lactocos  kini banyak dimanfaatkan untuk pengobatan penyakit.      Jika Anda mengenal keju
Swiss (Emmental Cheese) atau keju Italia (Mozarella), maka bakteri Lactobacillus beserta Propionibacterium freudenreichii dan Streptococcus thermophilus adalah 3 jenis bakteri yang digunakan dalam membuat keju tersebut. Streptococcus thermophilus yang juga berperan dalam tahap awal pematangan keju.
Kualitas keju hasil fermentasi dipengaruhi oleh banyak faktor dan masing-masingnya memberikan kontribusi terhadap tekstur maupun citarasa keju. 
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan melakukan optimasi jumlah dan jenis inokulum, variasi inokulum, suhu dan kadar garam serta dilanjutkan dengan pembuatan keju hasil optimasi dengan variasi lama pemeraman. Masing-masing optimasi dilakukan secara bertahap dan menggunakan tiga jenis bakteri (Streptococcus thermophillus, Lactococcus lactis dan Leuconostoc mesenteroides.
Hasil pengukuran terhadap susu yang digunakan sebagai bahan mentah memiliki kadar protein 3,19%, lemak 3,91% dan pH 6,5. Umur inokulum ditentukan dengan membuat kurva pertumbuhan masing-masing jenis bakteri dan untuk menentukan kualitas keju yang dihasilkan dilakukan uji organoleptik dan analisis GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrophotometry). Parameter yang diukur selama fermentasi adalah pH, konsentrasi asam laktat, lama fermentasi dan uji organoleptik.                                                   
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa inokulum terbaik untuk fermentasi keju adalah kultur campuran tiga jenis bakteri dengan konsentrasi 10% (Streptococcus thermophillus, Lactococcus lactis dan Leuconostoc mesenteroides dengan perbandingan 3:1:2) dan umur masing-masing inokulum berturut-turut adalah 6 jam, 4 jam dan 8 jam. Hasil optimasi terhadap suhu fermentasi menunjukkan bahwa fermentasi yang dilakukan pada suhu 30°C menghasilkan dadih paling cepat yaitu pada jam ke-22 dengan pH 4,1. Berdasarkan optimasi yang dilakukan terhadap kadar garam dengan variasi perlakuan 0,2%, 0,4% dan 0,6% diketahui bahwa kadar garam 0,2% menghasilkan angka organoleptik tertinggi sebesar 4,1. Angka organoleptik yang tinggi disebabkan karena keju yang dihasilkan memiliki aroma khas keju dan sedikit asam. Keju kontrol yang tidak mendapat penambahan garam hanya mampu bertahan hingga hari kedua dan setelah itu menimbulkan aroma tengik dan berlendir. Penambahan garam menyebabkan penurunan jumlah mikroorganisme yang bertahan hidup. Jumlah mikroorganisme yang bertahan hidup pada penambahan garam 0,6% menyebabkan penurunan jumlah sel menjadi 2,1 x 10' sel/mL dan pada keju kontrol terdapat 2,6 x 1013 sel/mL.                                                                                        Optimasi pengepresan dapat menghasilkan keju segar dan keju yang mengalami pengepressan dengan nilai organoleptik kategori disukai panelis (4 dan 4,25). 
Hasil GC-MS menunjukkan terjadinya penguraian lemak selama proses pemeraman keju dan terdapat senyawa-senyawa yang berbeda jenis dan jumlahnya pada masing-masing keju yang dihasilkan. Senyawa yang dihasilkan pada keju dengan nilai organoleptik tertinggi adalah asam kaprat (1,57%), asam kaprilat (3,48%), asam laurat (8,43%), asam miristat (15,51%), asam palmitat (23,29%), asam oleat (5,57%), asam stearat (9,25%), decanal (1,17%) dan heptadecanol (0,97%).



BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah keju merupakan bahan makanan hasil fermentasi dari susu. Umumnya susu sapi yang di pakai, tetapi bisa juga menggunakan susu hewan lainnya seperti domba dan kerbau. Di mana fermentasi tersebut membutuhkan jasad renik berupa bakteri dan juga kapang seperti Streptococcus and Lactobacillus. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi keju yaitu suhu, penurunan Ph, garam, oksigen, dan mikroorganisme.
B.       Saran
Meskipun keju sangat baik bagi kesehatan manusia, namun jangan sampai anda mengkonsumsi keju terlalu banyak, karena dalam keju juga mengandung lemak dan kolestrol selain itu bagaimanapun juga tubuh kita ini membutuhkan zat dan mineral lain yang tidak terdapat pada keju. Oleh karena itu anda harus seimbang dalam mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna.




DAFTAR PUSTAKA



Tidak ada komentar:

Posting Komentar